Cerita Dari Desa Oboh: Sekolah Tergenang Setiap Musim Hujan

Oleh: Servira Mayangsari Bako
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) STIT-HAFAS

 

Lazimnya, musim hujan di Subulussalam terjadi pada bulan September sampai Desember, pada bulan-bulan ini banyak sekali curahan air dari langit yang akan jatuh ke bumi, membasahi  bumi bahkan  kadang menyebabkan beberapa daerah yang ada di bumi akan tergenang air (baca: banjir). Hal ini lebih banyak menimbulkan dampak negatif, seperti adanya sebagian rumah bahkan sekolah  kebanjiran, sulit mendapatkan air bersih, menghambat aktivitas ekonomi dan dan bahkan menghambat jalannya proses pendidikan.

Pada tanggal 1 November 2022, Desa Oboh Kecamatan Runding kembali tergenang air. Sehingga aktivitas belajar mengajar terhambat, seperti halnya di SDN Okas yang terpaksa diliburkan menunggu air kembali surut. Mengingat dan menimbang takutnya ketika dilakukan kegiatan belajar mengajar air semakin naik karena rata-rata guru SD tersebut bertempat tinggal di Kecamaran Simpang Kiri. Apalagi airnya sudah hampir sebetis orang dewasa atau bahkan sekarang sudah selutut karena hujan yang tidak berhenti. Para guru juga meresa keberatan jika kegiatan belajar mengajar tetap dilakukan karena rata-rata gurunya menggunakan sepeda motor yang ditakiutkan akan merusak sepeda motor atau akibat fatal lainnya pada keselamatan para guru.

Karena sering dihadang banjir, banyak guru mengeluh akibat kerusakan pada motor mereka yang mana air masuk kekenelpot, sehingga sepeda motor rusak  dan memperbaikinya sampai mencapai satu juta rupiah (padahal gaji guru tidak melewati angka satu juta). Sebagain guru adapula yang menerjang banjir dengan berjalan kaki  melewati 2 kampung untuk mengejar waktu masuk sekolah pada pukul 07.30.

Menurut Kepala Sekolah SDN Okas, Riza Risma Lida, S.pd, karena jalanan menuju Desa Binanga tergenang air  dan menuju Desa Oboh juga tergenang jadi sangat beresiko untuk dilewati seperti sepada motor karena kemungkinan besar akan rusak disebabkan airnya hampir di atas lutut orang dewasa. Bahkan, warga dari kedua desa ini jika menggunakan sepada motor tidak berani melintasi genangan air banjir tersebut kecuali menggunakan mobil besar seperti damtrak atau koldisel. “Saya sebagai kepala sekolah berinisatif memebrikkan libur selama 2 hari bagi guru dan siswa, harapan saya semoga airnya cepat surut dan 2 hari kedepan kami sudah bisa melakukan aktivitas belajar mengajar seperti biasanya” Pungkas Riza Risma Lida, S.Pd.

Menurut salah satu pendapat dari siswa yang bernama Fauzan, ia sangat sedih karena Fauzan dan teman-temannya tidak dapat melakukan aktivitas belajar dan bermain bersama teman-temannya di sekolah dan dia berharap semoga sekolahnya yang langganan banjir mudah-mudahan cepat surut dan tidak diganggu banjir lagi agar Fauzan dan teman-temannya bisa kembali sekolah dan melakukan kegiatan belajar di kelas bersama-sama.

Banjir di Desa Oboh bukan hanya menghambat aktivitas belajar mengajar tapi juga menghambat keinginan beberapa orang utuk berziarah ke makam ulama yang di mana subuusslam terkenal ke berbagai daerah karena adanya makam beliau yakni Syekh Hamzah Fansuri yang dimakamkan di Desa Oboh. Pendidikan dan segala kegiatan warga terpaksa vakum, memilukan memang apalagi bencana banjir di Desa Oboh semakin lama semakin besar setiap tahunnya.

 

Editor: Zulfikar Riza Hariz Pohan